NAIKNYA suku bunga simpanan di bank, mau tidak mau ikut
mendorong tingginya suku bunga kredit yang disalurkan. Termasuk suku bunga
kredit pemilikan rumah (KPR) yang sekarang ada di kisaran 13%-16%.
Kenaikan tersebut, menurut General Manager Consumer Banking KPR PT Bank Negara
Indonesia (BNI) Diah Sulianto, jelas berdampak pada kemampuan mencicil
masyarakat. Khususnya yang berpenghasilan Rp2 juta ke bawah maupun yang membeli
rumah dengan harga di atas Rp2 miliar.
Sementara itu, Direktur Utama Bank Tabungan Negara (BTN) Iqbal Latanro mengakui
bahwa suku bunganya masih berada di posisi 13%-14%. Jumlah tersebut relatif
rendah jika dibandingkan dengan bank lain. Namun, menghadapi naiknya suku bunga
simpanan, Iqbal mengakui mereka akan mengevaluasi kembali, apakah akan menaikkan
suku bunga atau tidak.
Sementara itu, menanggapi krisis finansial di Amerika Serikat yang dipicu oleh
kredit macet perumahan di sana, Iqbal mengatakan saat ini pihaknya mulai
mengurangi fleksibilitas dan mengutamakan unsur kehati-hatian.
Hal senada juga diungkapkan Diah. Pihaknya saat ini betul-betul selektif memilih
nasabah yang akan mengajukan kredit. Menurutnya, sebelum meluncurkan kredit,
nasabah harus diwawancara, dicek penghasilannya, diutamakan untuk pembelian
ramah pertama, dan besar angsuran tidak boleh lebih dari 40% atas penghasilan.
Pada kesempatan yang sama. Iqbal juga mengungkapkan, BTN akan mulai
mendiversifikasi kreditnya tidak hanya di sektor perumahan, tetapi juga dengan
sasaran usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). “Kami akan mengurangi porsi di
sektor mortgage sampai dengan 75% dari posisi saat ini 95%,” kata Iqbal seusai
penandatanganan kerja sama dengan PT Permodalan Nasional Madani (PNM).
Iqbal menolak apabila langkah diversifikasi kredit ini dianggap sebagai dampak
dari kasus subprime mortgage di AS, tetapi lebih untuk mengurangi risiko
seandainya sektor perumahan mengalami gangguan.(Media Indonesia)
0 komentar:
Posting Komentar